Senin, 22 Mei 2017

Kekecewaan Albert Einsten Tentang Teori Luasnya Alam Semesta

Suprapto.id. Para ilmuwan terdahulu telah memiliki teori tentang alam semesta. Konsepsi Newton tentang alam semesta yaitu terdiri dari ruang alam dan materi yang mengisinya. Ruang tersebut ttidak berbatas serta tidak berhinga besarnya. Albert Einsten memiliki konsep tersendiri. Berbeda dengan Newton, Einsten mempunyai sebuah konsepsi yang didasarkan pada fisika relativistic yang dikembangkan sejak tahun 1905. Kalau semula teori relativitas itu tercetus karena keanehan pada perilaku cahaya yang ditafirkan secara klasik, yaitu bahwa kecepatan cahaya dalam vakum besarnya konstan ©=300.000 km/sekon tak bergantunng pada gerak beraturan di pengukur terhadap sumber cahaya. Apakah ia mendekati atau menjauhinya dengan kecepatan (v)?

Telah dinyatakan bahwa bahwa siapapun mahluk dialam kita ini yang memiliki masa diam, tak akan dapat bergerak dengan kecepatan yang melampaui kecepatan cahaya. Didalam penyusunan konsepsinya ini sekali lagi Einsten telah berpijak pada sifat cahaya. Einsten menyatakan bahwa suatu berkas cahaya didalam vakum selalu melewati jalan yang lurus. alat ukur yang digunakan tukang batu dalam membangun rumah atau dipergunakan pada teodolit tak  dapat diikatakan lurus, karena ia didasarkan pada permukaan air. Bandinkan dengan permukaan air disamudra, apakah ia dianggap lurus apabila mengikuti permukaan lengkung bumi?
Dalam kegiatannya mengembangkan teori relativitas umum, Einstein menemukan bahwa ruang alam yang berdimensi tiga plus ini mengalami kelengkungan sebagai akibat  dari adanya gravitasi sebagai akibat dai masa materi yang berada didalamnya. Gejala ini dalam tiga dimensi (jauh sebelum Einstein) telah dikaji oleh ahli matematika Gauss yang ingin mengetahui apakah alam kita mengikuti geometri Euklidies atau justru bersifat non-euuklidian. Ia mengukur sudut-sudut dalam pada sebuah segitiga yang itik-titik sudutnya diidentifikasikan dengan tiga puncak tinnggi di  pegunungan Alpen di Swiss. Gauss menemukan bahwa jumlah sudut dalam adalah  180 derajat. Yang menunjukkan bahwa dekat permukaan bumi kita masih berlaku geometri euklides, hal ini disebabkan karena jarak puncak gunung tersebut kurang jauh, maka gravitasi bumi juga berkurang.
Dalam penelitian yang lebih seksama dan melibatkan jarak kosmologis yang cukup besar serta gaya gravitasi yang cukup uat seperti yang ditimbulkan oleh matahari. Predisksi Einstein itu tampak dengan nyata. Kelengkungan  tersebut tampak pada jala sinar bintang yang melewati dekat matahari pada saat terjadinya gerhana matahari total yang teramati Siibral (Brasil), Amerika Latin, sebelum perang dunia dua . Tentu saja manusia akan dapat melihat kelengkungan   ruang itu, karena ia sendiri mahluk yang berdimensi tiga juga. kalau ruang itu lengkung, kemana arah kelengkungannya? Tentunyan kearah yang lain dari ketiga dimensi yang kta cermati itu, namun kita tidak dapat melihatnya seperti juga seperti seorang detektif dalam tayangan televise yang mengejar penjahat seolah-olah bandit itu dapat keluar dari layar dan keluar dan duduk bersama dengan penonton  dalam ruang yang berdimensi tiga. Detektif yang tetap berada dilayar televise yang berdimensi dua itu tidak melihat adanya dimensi yang ketiga, dan ia tidak tau dimana buronannya iu berada. Menurut Einstein alam ini melengkung sedemikan rupa sehinggga ia menutup pada dirinya sendiri. Sudah barang tentu pernytaan ini susah dipahami. Lebih mudah jika kita kembali  kealam detektif yang engejar bandit diatas. Bagikita, alamnya berdimensi dua kalau layar itu melengkung, kemudian membentuk bola, maka alam  itu menutup pada dirinya sendiri . Jadi, alam semesta menuurut Einsten tidak berbatas namun besarnya berhngga bergantung pada seberapa besar jari—jari, atau radiusnya, kecuali. menurut konsep Einstein alam semesta bersifat statis sekalipun ada gerakan gerakan dan perubahan perubahan didalamnya, secara keseluruhan alam semesta tidak penah berubah.
Menurut Einntein, alam semesta dilukiskan statis.
Konsepsi ini tidak sesuai denga apa yang kita temukan didalam Al-Quran.

“Dan langit Kami  bangun dengan kekuatan, dan Kami-lah yang meluaskannya’’ (Al-Quran Surat Adz-Dzariat (51) ayat 47)
Menurut Einntein, alam semesta dilukiskan statis. Berbeda dengan kandunngan ayat tersebut yang dengan jelas bahwa menyatakan bahwa Allah Yang Maha Perkasa meluaskan langit, yang berarti bahwa Sang Pencipta Alam membesarkan ruang alam itu sehigga alam kita bukanlah alam yang statis.
Pada tahun 1929 terjadi peristiwa penting yang menjadi awal pergeseran pandangan dilingkunngan para ahli tentang penciptaan alam, mengubah secara radikal konsepsi para  fisikawan mengenai munculnya jagad raya. Sebab, dalam tahun itu , Hubble yang menggunakan teropong binntang terbesar didunia, melihat  galaksi-galaksi  disekeliling kita yang menurut analisa pada spectrum cahaya yang dipancarkan menjauhi kita dengan kecepatan yang sebanding dengan jaraknya dari bumi; yang terjauh bergerak paling cepat menjauih meninnggalkan kita. Kejadian ini merupakan uklan berat bagi Eintein, karena observasi Hubble itu menunjukkan bahwa alam kita ini tidak statis, melainkan merupakan alam yang dinamis seperti mdel dari Friedman.
Dengan persaaan kecewa, sang genius Eintein menerima kekeliruannnya itu dan kembali kepada model yang terdahuu karena observasi mendorong para ilmuwan bahwa alam yang kita huni mengembang; volume ruang jagad raya bertambah besar setiap saat.
“Dan langit Kami  bangun dengan kekuatan, dan Kami-lah yang meluaskannya’’ (Al-Quran Surat Adz-Dzariat (51) ayat 47)
Sumber Bacaan: Mukzizat Kebenaran Al-Quran dan Hadis jilid 8 dan 9 Kemukjizatan Penciptaan Bumi dan Alam Semesta , Sapta Sentosa 2015