Sabtu, 18 September 2021

sudah.selesai dengan dirinya

[13/9 14.25] Pak Parjito Banteng Jogja: Cahaya Hati 💓 
*السَّلاَÙ…ُ عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ْ ÙˆَرَØ­ْÙ…َØ©ُ اللهِ ÙˆَبَرَÙƒَاتُÙ‡


*SUDAH SELESAI DENGAN DIRINYA SENDIRI*

Pernahkah kita melihat atau mengenal seseorang yang tetap sabar dan tenang saat mendapat musibah? 

Dan sama tenangnya saat mendapat keberuntungan? 

Tetap terkendali dan sabar saat difitnah, diejek dan dicaci, sebaliknya juga bersifat kalem saat disanjung? 

Tetap santun dan  rendah hati saat mendapat kekuasaan atau menjadi pimpinan dan juga saat menjadi bawahan. 

Bersikap biasa saja ketika makan di restoran mewah dan tidak menolak makan di warung sederhana di pinggir jalan. 

Tidak bangga saat naik mobil mewah dan tidak minder saat naik bajaj atau bus umum. 

Tidak rakus dan tidak menimbun saat diberi kesempatan kaya dan tidak mengeluh saat jatuh miskin. 

Menggunakan sandang-pangan dan peralatan untuk di manfaatkan fungsinya, bukan untuk dipamerkan mereknya. 

Mata mereka tidak silau, dan tidak tergoda dengan indahnya bungkus atau pernak pernik asesoris.

Ùˆَ السَّلاَÙ…ُ عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ْ ÙˆَرَØ­ْÙ…َØ©ُ اللهِ ÙˆَبَرَÙƒَاتُÙ‡ُ
[14/9 03.17] Pak Parjito Banteng Jogja: Embun Pagi💦
*السَّلاَÙ…ُ عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ْ ÙˆَرَØ­ْÙ…َØ©ُ اللهِ ÙˆَبَرَÙƒَاتُÙ‡


Puji syukur kepada-Mu telah menjaga tidur kami dan membangunkan kami kembali di pagi ini... 

Selangkah lebih baik dari kemarin merupakan cara terbaik untuk berproses. 

Karena berubah tidak melulu tentang hal-hal besar. Mulailah dari suatu yang menurutmu tidak penting. 

Sebab sadar atau tidak itu akan memberikan efek yang akan berguna bagi dirimu sendiri. 

Hargailah apa yang kamu miliki saat ini, karena kamu tidak akan pernah tahu seberapa berutungnya kamu di mata orang lain. 

Subhanallah wa bihamdihi subhanallah hiladzim

Ùˆَ السَّلاَÙ…ُ عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ْ ÙˆَرَØ­ْÙ…َØ©ُ اللهِ ÙˆَبَرَÙƒَاتُÙ‡ُ
[14/9 14.36] Pak Parjito Banteng Jogja: Cahaya Hati 💓 
*السَّلاَÙ…ُ عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ْ ÙˆَرَØ­ْÙ…َØ©ُ اللهِ ÙˆَبَرَÙƒَاتُÙ‡

*NIKMAT DOSA*

Setiap kali melakukan dosa, kepuasan tersendiri sekaligus ada perasaan dosa. 

Sungguh terjerembabnya manusia ke dalam gubangan dosa sudah dimulai sejak awal manusia di ciptakan. 

Maka tak heran jika dosa dan maksiat terasa nikmat yaa... nikmat karena yang menikmati maksiat dan dosa adalah hawa nafsu yang ada di dalam raga. 

Batin dan jiwa bisa jadi merana, namun kadang dorongan nafsu syahwat lebih dominan mengendalikan raga. 

Maka nafsu yang selalu menyatu dengan raga begitu gembira bahkan sangat menikmati dosa. 

Dosa itulah yang kemudian menghatarkan manusia ke bumi ya... di bumi tempat manusia berlomba dalam dosa. Maksiat menjadi pengembira raga. 

Akan beruntunglah orang-orang yang berdosa. Bisa iya bisa tidak, tergantung kesudahan mereka, apa mereka akan tetap dalam dosa dan maksiat atau mereka mau bertaubat. 

Jika mau sedikit berubah menjadi lebih baik dan di awali taubat, tentu dosa akan hilang tak berbekas. 

Itulah kemurahan Sang Pencipta, Allah menuntun hamba-Nya untuk kembali pada kesucian dengan bertaubat. 

Allah menakdirkan melakukan dosa itu nikmat karena Allah ingin mengetahui seberapa kuat hamba-Nya bisa bertahan dalam ketaatan kepada Allah.

Ùˆَ السَّلاَÙ…ُ عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ْ ÙˆَرَØ­ْÙ…َØ©ُ اللهِ ÙˆَبَرَÙƒَاتُÙ‡ُ
[15/9 03.15] Pak Parjito Banteng Jogja: Embun Pagi💦
*السَّلاَÙ…ُ عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ْ ÙˆَرَØ­ْÙ…َØ©ُ اللهِ ÙˆَبَرَÙƒَاتُÙ‡

Alhamdulillah, segala nikmat dan karunia-Mu di pag ini... jadikanlah kami selalu dalam kebaikan... 

Di saat kita hidup untuk membuat orang lain bahagia, Allah menjadikan orang lain membahagiakan kita. 

Maka carilah selalu celah untuk "memberi" bukan mengambil. 

Setiap kali engkau memberi, maka di saat itulah engkau diberi (oleh Allah) tanpa engkau meminta. 

Ya Allah bukakanlah pintu rezeki untuk kami, rezeki yang berlimpah... dan jadikan sisa umur kami penuh keberkahan.

Ùˆَ السَّلاَÙ…ُ عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ْ ÙˆَرَØ­ْÙ…َØ©ُ اللهِ ÙˆَبَرَÙƒَاتُÙ‡ُ